demam berdarah dengue

Kecenderungan jumlah kasus demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia terus meningkat dan penyebarannya semakin luas dari tahun ketahun. Penyakit ini sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang tinggi. Vektor utama demam berdarah dengue adalah nyamuk kebun yang disebut Aedes aegypti. Selain itu, salah satu penyakit yang vektornya berupa nyamuk adalah kaki gajah atau Filariasis, salah satu nyamuk yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk culex quinquefasciatus.
Upaya untuk mengendalikan perkembangan nyamuk vektor Demam Berdarah dan Filariasis telah banyak dilakukan. Penggunaan insektisida kimiawi yang menjadi program andalan ternyata menimbulkan masalah baru yakni berupa resistensi serangga, pencemaran lingkungan dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Salah satu insektisida alamiah yang potensial adalah Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Bagian dari bakteri yang bersifat pathogen terhadap serangga target adalah kristal protein yang dihasilkan. Oleh sebab itu perbanyakan Kristal protein Bti perlu dilakukan. Perbanyakan dapat dilakukan dengan cara yang mudah dalam medium alami cair yang berupa limbah yang dapat memicu terbentuknya kristal tersebut. Penggunaan medium alami merupakan alternatif dalam produksi crude toxin Bti, beberapa medium alami tersebut adalah limbah cair tempe, air kelapa, dan air cucian beras.
Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) adalah bakteri gram positif yang mempunyai sel vegetatif berbentuk batang, aerob tetapi umumnya aerob fakultatif, membentuk Kristal protein, memiliki flagella, panjang 3,0-5,0 µm, lebar 1,0-1,5 µm, membentuk spora, dapat tumbuh pada medium buatan dan tumbuh pada suhu 15-400C.
      Nyamuk dewasa Aedes aegypti berukuran kurang lebih 5 mm dengan warna dasar hitam kecoklatan. Ukuran dan warna nyamuk tergantung pada kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan terlihat lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan nyamuk betina. Pada tubuh dan kaki nyamuk Aedes aegypti ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Sedangkan nyamuk Culex quinquefasciatus terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kepala, dada, dan bagian perut (abdomen). Pada bagian kepala terdapat dua mata majemuk yang besar dan dua antena. Proboscis (mulut) berbentuk panjang, pada nyamuk betina yang menghisap darah, bagian mulutnya terdiri dari labium yang bagian bawahnya terdapat saluran labium epipharinx dan  hypopharinx yang merupakan pembentukan saluran makanan. Sedangkan alat untuk menusuk atau menembus kulit digunakan sepasang mandibula yang serupa pisau dan maxilla yang bergigi.

1

Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah di mana terdapat banyak genangan air bersih. Tempat perindukan tersebut dapat berupa tempat perindukan buatan manusia seperti tempayan atau gentong, tempat penyiraman air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, ember, vas bunga, dan sebagainya. Tempat perindukan alamiah seperti kelopak daun pada tanaman, lubang pohon yang berisi air hujan, pecahan piring, gelas, pecahan genteng, bak mandi maupun tempayan. Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang mempunyai sifat yang khas, menggigit pada waktu siang (pagi dan sore) dengan dua periode waktu, yaitu setelah matahari terbit (08.00 – 10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00 – 17.00). Sedangkan nyamuk Culex quinquefasciatus masuk ke dalam lingkungan udara dan darat saat nyamuk tumbuh dewasa, nyamuk dewasa jantan tidak menghisap darah melainkan menghisap madu atau cairan lain yang berasal dari tumbuhan, umumnya hanya bertahan hidup 6-7 hari. Pada nyamuk betina menghisap darah sebelum bertelur agar reproduksi berlangsung dengan baik, waktu untuk menghisap darah berkisar antara jam 19.00 – 06.00 dan puncaknya adalah pada malam hari.

      Limbah cair tempe adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tempe maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Air kelapa merupakan bagian dari buah kelapa yang berupa cairan. Selama ini kelapa lebih sering digunakan untuk bahan tambahan dalam membuat makanan, penyubur tanaman ataupun hanya diminum begitu saja. Sedangkan air cucian beras merupakan hasil cucian beras yang berwarna putih susu. Biasanya setelah beras dicuci, air bekas cucian beras tersebut dibuang atau digunakan untuk menyiram tanaman. Air yang paling baik berasal dari beras yang masih ada kulit arinya. Dalam air cucian beras mengandung karbohidrat, protein, kalsium dan lain-lain.

      Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Khasiat insektisida untuk membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara masuk ke dalam badan serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida. Toksisitas atau efek berbahaya adalah suatu efek yag menyebabkan gangguan fungsional, biokimiawi, atau fisiologis (struktural), dan dapat menyebabkan kesakitan yang mengganggu kondisi tubuh secara umum. Toksisitas juga dapat didefinisikan sebagai kapasitas suatu zat untuk menimbulkan efek yang berbahaya.

      Jumlah sel vegetatif pembentuk kristal protein yang diperoleh dari limbah cair tempe adalah 2,03 x 109 CFU/ml dan jumlah spora 5,1 x 104, pada air kelapa sel vegetatifnya 5,5 x 108 CFU/ml dan jumlah spora 4,9 x 109 CFU/ml, sedangkan pada air cucian beras sel vegetaifnya sebanyak  4,102 x 107 CFU/ml dan jumlah spora 8,139 x 108 CFU/ml.
     
      Proses infeksi kristal protein dari crude toxin Bti hanya bersifat toksik apabila termakan oleh larva serangga, yaitu setelah terurai oleh enzim protease menjadi molekul-molekul kecil yang toksik.

     
      Kematian pada larva ditandai dengan terjadinya perubahan perilaku dan morfologi. Setelah beberapa jam menelan Bti, maka larva akan berhenti makan, berhenti bergerak, diare, berubah warna menjadi agak gelap, dan akhirnya mati. Setelah serangga mati, serangga terlihat berwarna coklat tua atau hitam dan perubahan warna biasanya dimulai dari anterior ke bagian posterior tubuh. Serangga kemudian mengering dan mengkerut dengan tubuh yang masih utuh.
     
      Persentase kematian larva Aedes aegypti terhadap Crude toxin Bti yang diproduksi dalam medium limbah cair tempe dari konsentrasi 8 µl/ml nilai mortalitasnya 25%, konsentrasi 10 µl/ml nilai mortalitasnya 30%, konsentrasi 13 µl/ml nilai mortalitasnya 45%, konsentrasi 17 µl/ml nilai mortalitasnya 55%, konsentrasi 21 µl/ml nilai mortalitasnya 65%, dan konsentrasi 27 µl/ml nilai mortalitasnya 95%.
     
      Persentase kematian larva Aedes aegypti terhadap Crude toxin Bti yang diproduksi dalam Hasil medium air kelapa dari konsentrasi 2 µl/ml nilai mortalitasnya 25%, konsentrasi 3 µl/ml nilai mortalitasnya 30%, konsentrasi 4 µl/ml nilai mortalitasnya 40%, konsentrasi 5 µl/ml nilai mortalitasnya 55%, konsentrasi 6 µl/ml nilai mortalitasnya 75%, dan konsentrasi 8 µl/ml nilai mortalitasnya 85%.
     
      Persentase kematian larva Culex quinquefasciatus terhadap Crude toxin Bti yang diproduksi dalam Medium air cucian beras dari konsentrasi 1 µl/ml nilai mortalitasnya 10%, konsentrasi 3 µl/ml nilai mortalitasnya 10%, konsentrasi 9 µl/ml nilai mortalitasnya 20%, konsentrasi 28 µl/ml nilai mortalitasnya 30%, konsentrasi 84 µl/ml nilai mortalitasnya 65%, konsentrasi dan 256 µl/ml nilai mortalitasnya 90%.

      Crude toxin Bti yang diproduksi dalam medium limbah cair tempe memiliki toksisitas terhadap larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar 13,51 µl/ml dan sangat berpotensi sebagai biolarvasida (tingkat toksisitas ekstrim tinggi pada larva), Crude toxin Bti yang diproduksi dalam medium air kelapa memiliki toksisitas terhadap larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar 4,027 µl/ml dan sangat berpotensi sebagai biolarvasida (tingkat toksisitas ekstrim tinggi pada larva), sedangkan Crude toxin Bti yang diproduksi dalam medium air cucian beras memiliki toksisitas terhadap larva Culex quinquefasciatus dengan nilai  LC50 sebesar 35,6 µl/ml dan berpotensi sebagai biolarvasida (tingkat toksisitas tinggi terhadap larva).

Label:

0 komentar:

Posting Komentar